25 Oktober 2010

Jin dalam Diri Manusia

Photobucket

Dari Aisyah istri Nabi Saw, ia bercerita kepadanya (Urwah): “Sesungguhnya Rasulullah Saw pernah keluar darinya pada suatu malam”. Ia berkata: “Lalu aku cemburu kepadanya”. Kemudian ia dating, lalu ia melihat apa yang aku lakukan, maka ia bersabda: “Mengapa engkau, wahai Aisyah, apakah engkau cemburu?”. Aku berkata: “Bagaimana aku tidak cemburu kepada orang yang sepertimu”. Lalu Rasulullah Saw bersabda: “Apakah syetanmu telah dating kepadamu?”. Ia berkata: “Wahai Rasulullah Saw, apakah ada syetan yang bersama aku?” Ia bersabda: “Ya”. Aku berkata: “Apakah dengan setiap manusia?” Ia bersabda: “Ya”. Aku berkata: “Dan bersamamu juga, wahai Rasulullah?”. Ia bersabda: “Ya, tetapi Tuhanku menolong aku sehingga ia masuk Islam”. (HR Muslim, diriwayatkan juga oleh Ahmad dalam Musnad-nya: Bab Baqi Musnad al-Anshar)

Riwayat ini, selain dari Aisyah, juga dari Ibnu Abbas (Musnad Ahmad: Bab Musnad Bani Hasyim, Musnad Abdullah bin Abbas, dan Musnad al-Muktsirin min as-Shahabat)

Dari Ibnu Mas’ud, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah Saw: “Tidak ada seorang pun di antara kalian kecuali telah diserahkan kepadanya qorin-nya (yang selalu mengikuti) dari bangsa jin”. Mereka berkata: “Dan (apakah) engkau juga, wahai Rasulullah”. Ia bersabda: “Dan (begitu juga) aku, kecuali sesungguhnya Allah telah menolongku, lalu ia masuk Islam. Maka ia tidak menyuruhku kecuali pada kebaikan”. (HR Muslim)

Dalam riwayat Muslim melalui jalur sanad Sufyan ada tambahan: “dan qorin-nya (yang selalu mengikuti) dari malaikat”.

Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Qur'an), kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. (QS az-Zukhruf [43]: 36)

Dan Kami tetapkan bagi mereka teman-teman yang menjadikan mereka memandang bagus apa yang ada di hadapan dan di belakang mereka dan tetaplah atas mereka keputusan azab pada umat-umat yang terdahulu sebelum mereka dari jinn dan manusia, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang rugi. (QS Fushilat [41]: 25)

Ibnu Taimiyah berkata: “Masuknya jin ke dalam badan manusia merupakan sesuatu yang shahih menurut kesepakatan para imam Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Allah Ta’ala berfirman: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. (QS al-Baqarah [2]: 275)”. Dan dalam hadis shahih dari Nabi Saw: “Sesungguhnya syetan itu mengalir dalam diri manusia seperti mengalirnya darah”.

27) Majmu Fatawa Syaikhul Islam, jilid 24, hlm. 276
28) Shahih al-Bukhari, juz 6, hlm 336, No. hadis 3281; Shahih Muslim, juz 4, hlm. 1712, No. hadis 2175.

Abdullah bin Imam Ahmad bin Hanbal berkata: “Aku berkata kepada bapakku; ‘Sesungguhnya kaum-kaum itu berkata bahwa jin tidak akan masuk ke badan yang kesurupan”. Maka ia berkata: “Wahai anakku, mereka berdusta. Ini adalah ucapan dari lisannya (hanya pendapat mereka)”.

(Ibnu Taimiyah) rahimahullah berkata: “Tidak ada di antara para imam kaum muslimin yang mengingkari masuknya jin ke dalam badan yang kesurupan dan yang lainnya. Dan siapa saja yang mengingkarinya dan mengaku bahwa syariat mendustakan hal itu, maka sungguh ia telah berdusta atas nama syariat. Tidak ada dalil syariat yang menafikan (meniadakan) hal itu”.
Dan disebutkan bahwa di antara orang yang mengingkari masuknya jin ke badan yang kesurupan adalah segolongan orang dari kaum Mu’tazilah seperti al-Jubai dan Abu Bakar ar-Razi.
29) Majmu Fatawa Syaikhul Islam, jilid 19, hlm. 12

Hanya saja perlu diwaspadai bahwa hal ini bisa memungkinkan seseorang terjerumus ke dalam kemusyrikan. Salah satu indikasi bahwa seseorang telah terjerumus ke dalam kemusyrikan adalah mempercayai apa yang dikatakan dan diminta oleh seseorang yang kesurupan, apalagi menunaikannya.

Disampaikan di: Masjid al-Hijrah, Rancapait, 23 Oktober 2010

0 komentar:

Posting Komentar